Sabtu, 21 Maret 2009


3RIE YANG POLOS.....
...sabuni dan bersih, aku pun menyabuni tanganku berkali-kali. " Masih ada cacingnya nggak mas," tanya Ery.
"Nanti mas periksa, jangan pakai celana dulu, mas mau periksa di luar di tempat yang agak terang."
Padahal mana mungkin memeriksa cacing dalam anus, orang ketika diraba sudah tidak terasa apa-apa.
Ery kuminta telentang di tempat tidur, mengangkan selebar mungkin dan mengangkat kakinya. Memeknya kelihatan jelas dan anusnya juga . Aku sibak anusnya pura-pura memeriksa padahal mataku menatap lobang memek yang kecil dan tertutup.
Aku raba lubang anusnya dan sedikit memasukkan jari tengah, tetapi tidak bisa. Tak kurang akal aku cari cream body lotion dan kulumasi jari tengah lalu ku tusuk perlahan-lahan ke dalam lubang anusnya. Ery mendesis, mungkin geli atau mungkin juga keenakan. "Sakit" tanya ku.
"Sedikit tapi juga geli"
Jari tengah ku masuk pelan-pelan sampai akhirnya masuk seluruhnya lalu aku putar-putar. Ery makin mendesis-desis. "Ssssshhh.....ssssshhh....sssshhhh"
"Nggak ada lagi kok" kataku menyudahi pemeriksaan jahil.
Lalu Ery ku suruh kembali mengenakan celana dalamnya.
"ini gara-gara mama sih, aku disuruh makan obat cacing jadi keluar deh cacingnya," kata Ery bersungut-sungut.
KOntolku tegang maksimal, tapi aku tidak tau harus berbuat apa. Ery masih 10 tahun, meskipun teteknya mulai tumbuh.
Kubuang pikiran jahat ku dan aku kembali menenangkan diri.
Celakanya Ery sejak saat itu sering minta diceboki. Anak ini makin manja. " Abis enak sih diceboki ama Mas," katanya manja.
Aku selalu mengambil kesempatan meraba itilnya ketika menceboki Ery sampai kadang-kadang dia menggelinjang kegelian.
Dia pun sudah tidak punya rasa malu lagi dan percaya 100 persen bahwa aku menjaganya. Padahal otakku suntuk setiap kali meraba itilnya, kontolku ngaceng sekeras-kerasnya. Apa boleh buat.
Suatu saat ide ku muncul untuk mengambil fotonya dalam keadaan bugil. Dia toh senang difoto, dan tidak lagi ada rasa malu di depan ku. So tidak ada penghalang. Aku jadi bebas menikmati tubuh telanjangnya, baik langsung atau dalam file di komputer.
Ery pertama heran atas permintaanku dan dia merasa malu juga kalau harus beraksi telanjang di depan kamera. Tapi aku beralasan untuk dokumentasi pribadi.
Dia akhirnya setuju. Segera aku ubah kamar tidurku menjadi studio dan berbagai pose dari yang artistik sampai yang paling vulgar. Dari berdiri malu-malu sampai tangannya menguak vaginanya dan kuambil close up. Selaput daranya sampai bisa tertangkap kamera karena terlalu seringnya memeknya dipluek.
Aku jadi makin terangsang memperhatikan fotonya di komputer. Hasil jepretanku tidak kalah dengan foto-foto lolita dari Rusia atau Ukraina. Semua pose yang ada di situs-situs lolita sudah aku praktekkan pada Ery.
Akhirnya kepala ku jadi ngeres, tetapi aku tidak berani mengingat berbagai risiko yang bakal muncul jika aku menyetubuhinya. Keadaan jadi cenggur (ngaceng nanggur) terus. Pelampiasannya hanya onani.
Suatu hari Ery menegurku. " Mas sudah lihat Ery telanjang, tetapi Ery belum pernah lihat Mas telanjang, nggak adil dong," katanya.
Aku bingung mencari kata-kata dan alasan untuk bertahan.
"Kenapa kok pengin lihat mas telanjang ?" tanya ku sambil mencari ksempatan waktu berpikir untuk bertahan.
"Ery juga pengin motret mas telanjang,' katanya.
"Mati aku," aku jadi makin terpojok.
Akhirnya aku menyerah karena tidak punya alasan dan kata-kata untuk bertahan. " Ya udah, Ery mau motret mas talanjang sekarang ?"
Ery hanya mengangguk.
Aku malu bukan karena aku harus telanjang, tetapi kontolku ini ngaceng, kalau aku buka celana tiba-tiba mencuat batang 15 cm, bagaimana aku menerangkannya.
Muncul akal. "Sebentar Mas mau buang air dulu ya." Aku buru-buru masuk kamar mandi dan sambil nongkrong aku onani. Setelah ejakulasi aku pura-pura menyiram kotoran di wc. Dalam keadaan telanjang bulat aku keluar dan menemui Ery di kamar ku yang sudah siap dengan kamera digital ku.
Setelah aku ajari mengenai cara pengambilan gambar, Ery mulai beraksi
menyorot diriku dari berbagai posisi. "Sialan aku dikerjai anak kecil nggak sanggup ngelawan," kata ku dalam hati.
Sialnya dia pun ikut-ikutan mengambil foto close up kontol ku. Bukan hanya mengambil foto dari jarak dekat, dia pun mengubah-ubah posisi kontolku ketika aku pada posisi duduk setengah berbaring.
Kontolku yang sejak tadi lemes saja, disenggol-senggol jadi bangun. " Lho mas kok kontolmu jadi bengkak.
"YA orang disenggol-senggol ya jadi bengkak," kataku sekenanya.
"Sakit nggak mas, orang cuma disenggol kok bisa bengkak," katanya polos.
"Ya agak sakit," kataku berbohong.
"Gimana ngobatinya, pakai refanol bisa nggak," katanya ...

...yang sebenarnya.
Aturan di rumah itu, setiap habis makan harus sikat gigi sampai bersih. Sikat gigi di wastafel dekat dapur tersedia beberapa dan tidak ada yang khusus dimiliki seseorang. kami bergantian semaunya menggunakannya. Aku pun lalu membersihkan mulut dan mulut kembali segar.
Sambil menenteng segelas air dingin aku kembali ke arena duduk disofa memperhatikan pertarungan 4 wanita berbeda-beda usia. Mbak dian meski tomboy tetapi fisiknya sesungguhnya sexy. teteknya besar, mungkin ukuran 36 B, pinggangnya ramping dan pantatnya bulat kulitnya agak gelap. Mbak Vina teteknya tidak terlalu besar tapi bulat dan pantatnya juga lebar dan tonggeng.
Nah Mirna kuperhatikan badannya pendek tapi semok dan kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lurus. Jembutnya masih jarang kelihatannya baru tumbuh sekitar 25 lembar.
Mereka semua santai saja meski aku menonton, hanya Mirna yang kelihatannya rada kurang kosentrasi. Pendatang baru memang maklumlah begitu.
"Dit ini ajari anggota baru kita," kata Mbak Vina.
Mbak Vina lalu membimbing Mirna merangkak lalu bersimpuh di depan kontolku yang ngaceng. "Coba kamu pegang dan kamu isap kontol Didit ini." Mirna sejenak menatapku, aku pun mengangguk.
Dengan gerakan agak ragu Mirna mencekam kontolku lalu didekatkannya kemulutnya tapi dia berhenti ketika jarak mulut ke kontol tinggal 5 cm. Dia diam sebentar. Aku pun diam memperhatikannya. Aku mencoba pasif dan menikmati apa pun yang akan dilakukan Mirna.
Dengan gerakan ragu dia mulai menjulurkan lidahnya ke ujung penisku. Di sapunya dengan jilatan seluruh kepala penis, itu. Aku memberi respon dengan mendesis dan mengerang pela. Ini menambah semangat Mirna untuk bertindak agresif sehingga semua batang penis dijilati termasuk ke kantong zakarku yang jadi sensitif. Kali ini mendesis dan mengerang sesungguhnya karena memang makin nikmat. " MIr isap mir" pintaku diselingi desis dan erangan pelan. Mirna mengetahui tindakkannya benar dan membakar birahiku dia pun makin bersemangat. Di sedotnya kuat-kuat sampai rasanya ubun-ubunku ikut kesedot. Aku jadi mengerang keras melampiaskan rasa nikmat. Mirna mulai mengerti cara mengulum tanpa diberi petunjuk, dia maju mundurkan batang penisku sampai hampir masuk semua ke mulutnya.
Sekitar 15 menit adegan ini berlangsung, mulutnya mungkin mulai pegal sehingga dia bangun dan menubruk tubuhku memelukku erat. Mulutnya ku sosor dan dengan ciuman erat aku cium sampai dia hampir kehabisan nafas.
Kubalikkan posisi sehingga kini gantian dia duduk bersandar di sofa dan aku menindih badannya. Ciuman ku lanjutkan ke puting susunya yang masih belum tumbuh sempurnna tapi sudah mengeras karena terangsang.
Kuhisap, kugigit pelan lalu dijilat. Mirna mulai mengeluarkan desisan ulah. Dia rupanya sangat ekspresif. Desisannya makin keras kadang-kadang malah mengerang seperti orang kesakitan. Aku jadi makin full voltase endapat respon begitu. Memeknya ku raba, ternyata sudah basah kuyup.
Aku pun perlahan-lahan turun mencium perut, selangkangan, paha bagian dalam. Mirna menggeelinjang kegelian dan keenakan juga. Ku lebarkan bentangan kakinya dan ku kuak memek yang bentuknya montok kayak "mouse" Itilnya ternyata sangat menonjol sehingga tidak susah aku menemukannya. Merah muda mengkilat keluar dari lipatan di atas lipatan bibir dalamnya. Kubekapkan mulutku ke wilayah sekitar itil yang menonjol itu dan dengan sapuan lembut kujilat sekeliling itil yang terasa mengeras.
Mirna mengerang makin keras dia tidak peduli ada beberapa orang di sekitarnya. Ketika itilnya mulai bisa menyesuaikan jilatanku aku pun mulai menuju ke ujung itilnya. Dia menggelinjang kaget sambil berteriak. Pelan-pelan kusapu ujung itilnya dengan lidahku ku bagian bawah. Dia makin mengerang dan bergerak liar sehingga aku terpaksa menahan kedua pahanya dengan tanganku. Kini ujung lidahku yang mulai menyapu ujung itilnya dengan gerakan yang konstan dan beritme 1/1.
Tidak sampai 5 menit Mirna berteriak keras dan menarik kepala erat kepalaku ke memeknya. Mulutku jadi belepotan cairan vagina Mirna, aku pun sulit bernafas. Memeknya berdenyut menandakan ia mencapai orgasme. Tampaknya semua kaget ketika Mirna berteriak saat awal orgasme sampai semua aktifitas di ruang itu berhenti memperhatikan "Whats wrong". " Gila lu mir tereak sekenceng-kencengnya kata Mbak Dian.
Habis enak banget sih aku jadi nggak tahan dan lupa. Dalam keadaan bersandar lunglai aku tetap seperti bersujud di depan Mirna. Ku colok jariku ke dalam memek Mirna. Agak sulit masuk sampai Mirnya meringis. Aku mencari lokasi G Spot di bagian dalam memeknya.
Jaringan empuk bulan sebedsar uang logam Rp 50 yang baru kutemukan dibelakang saluran pipisnya. Dengan gerakan lembut kugesek pelan dengan ritme yang tetap. Kini Mirna kembali mengerang dan mendesis bergantian . Suaranya makin lama makin keras. Ledekan Mbak Dian dan Mbak Vina tidak diperdulikan Mirna. Dia makin seru dan akhirnya belum 2 menit dia berteriak sekuat-kuatnya lalu sadar dan menutup mulutnya sendiri. Itupun dia tetap berteriak didalam .....".tunggu crita slanjutnya"